Memenuhi nafkah keluarga merupakan tugas seorang suami. Menurut ajaran agama Islam, sudah menjadi kewajiban sang suami bekerja mencari nafkah dan sang isteri mengelola rumah tangga dengan baik agar tercipta suasana dan kondisi yang nyaman. Sehingga kehidupan keluarga senantiasa sakinah mawadah warahmah.
Namun demikian suami-isteri bisa saja berbagi tugas dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Seorang istri boleh membantu perekonomian keluarga asalkan tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam mengurus keluarga dan mengelola rumah tangga.
Hal itulah yang menjadi motivasi bagi Aksar Wiyono (37 tahun) dan Khusnul Khotimah (35 tahun), warga Kalilom Baru Buntu Surabaya. Keduanya dikarunia dua orang anak yang masih kecil, yang pertama sekolah di SD dan satunya masih PAUD. Bagi Khusnul menjadi isteri seorang Guru merupakan sebuah keberkahan dan kebanggaan baginya, karena pekerjaan suaminya itu adalah sangat mulia dan penuh dengan nilai ibadah.
Aksar Wiyono, suami Khusnul adalah Guru Agama Islam di Perguruan Muhammadiyah di kawasan Platuk Kenjeran Surabaya. Pria yang sudah merantau sejak masa kuliah dari pulau Garam (Madura) ini memantapkan dirinya menjadi pengabdi dalam dunia pendidikan. Tentu suka duka hidup di kota metropolitan Surabaya telah membuat dirinya matang dalam menjalani kehidupan rumah tangganya.
Salah satu faktor yang senantiasa menjadi asam garam kehidupan Aksar dan Khusnul adalah masalah ekonomi. Maklum penghasilan dari sekolah sebagai seorang guru dirasa belum ideal untuk hidup di kota besar Surabaya, walau hal itu tetap mereka syukuri hingga kini. Maka jalan berwirausaha adalah merupakan pilihan terbaik guna menopang kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
Pembagian tugas pun dicanangkan. Khusnul memproduksi barang dagangan, Aksar tetap mengajar sebagai guru sembari membantu sang isteri mendistribusikan jualannya.
“Enteng-entengan saja, yang bisa kami lakukan setiap hari. Kami usaha membuat minuman sinom dan sari kedelai. Selain itu kami juga produksi black garlic yaitu fermentasi bawang lanang (laki) yang punya khasiat luar biasa untuk penguatan stamina tubuh. Black garlic ini menjadi andalan usaha kami karena memiliki diferensiasi dari produk lainnya. Nama usaha kami ini adalah Obie Zaen drink and Black Garlic. Pemasaran bisa lewat teman, kerabat atau tetangga serta dititipkan ke toko atau warung.” kata Aksar ketika datang ke acara BIMTEK pemberdayaan ekonomi UMKM LAZISMU di Gedung Muhammadiyah Jatim, 25 Agustus 2020.
Usaha menjual minuman sinom-sari kedelai dan produksi black garlic itu itu ia jalani sejak dua tahun lalu. Pagi hari sang isteri memproduksi sinom dan sari kedelai di rumah. Sedangkan produk black garlic membutuhkan energi listrik yang tidak sedikit dan waktu lama dalam pembuatannya serta memerlukan ketelatenan. Sementara itu untuk distribusi, sebelum dan sepulang tugas sekolah setiap hari Aksar mengantarkan pesanan ke pelanggan atau toko.
“Selama 2 tahun usaha kami itu berjalan lancar. Apalagi Sinom dan Sari Kedelai buatan kami ini orisinil tidak dicampuri bahan pengawet serta segar diminum kapanpun. Omzet pun stabil dan keuntungan bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sampai suatu ketika pada pertengahan bulan Maret 2020 datanglah wabah virus Corona di tanah air, tak terkecuali di kota Surabaya, yang justru dalam kondisi yang gawat.” lanjut Aksar, pria yang bertubuh tambun ini.
“Pada masa pandemi wabah Covid-19 itulah keadaan jadi berubah total. Usaha kami sempat terkendala akibat adanya kebijakan pembatasan pada masa pandemi yang dilakukan oleh Pemerintah. Selama dua bulan saya tidak bisa lagi leluasa memproduksi dan memasarkan sinom-kedelai dan black garlic, karena tidak bisa mencari bahan baku hingga menjualnya dengan normal seperti dulu. Kondisi ekonomi masyarakat juga sedang menurun sehingga turut mengurangi omzet. Modal untuk usaha pun ikut tergerus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari” cerita Aksar kepada tim pendamping pemberdayaan UMKM LAZISMU Jatim.
“Setelah dua bulan usaha kami terseok-seok, ketika PSBB sudah mulai longgar kami pun kembali meningkatkan produksi lagi dan berjualan dengan modal seadanya secara tambal sulam. Setiap hari saya dan istri promo melalui grup WhatsApp (WA) atau medsos lainnya. Pengiriman pun kami lakukan dengan hati-hati dengan tetap mengikuti protokol yang berlaku. Walau tertatih tatih kami tetap jalani karena kondisinya memang seperti itu. Sepertinya usaha kami sudah kembang kempis” tambah Aksar.
“Alhamdulillah, kini ada program pemberdayaan ekonomi dari LAZISMU yang bekerjasama dengan perusahaan besar, seperti Alfamidi, Wardah dan Muzaki Anggoro Eko Cahyo. Berkat bantuan dari LAZISMU seolah kami mendapat suntikan semangat dan juga tambahan dana untuk modal usaha. Usaha kami pun jalan lagi. Apalagi pada masa pandemi yang masuk ke jurang resesi ini, terbuka jalan lebar bagi kami berdua untuk berwirausaha, karena mengandalkan pendapatan dari gaji guru juga tidak memungkinkan, selain itu sekolah juga mengalami kesulitan dalam hal keuangan.” ujar Aksar dengan senyum tegarnya.
“Kini kami juga membuat display di rumah untuk memajang produk kami, terutama black garlic. Kapanpun kami akan menjelaskan tentang manfaat dan khasiat produk black garlic (bawang lanang) kepada siapapun yang datang ke rumah plus mencicipi produk kami. Saat ini kami menambah usaha yaitu melayani pemesanan masakan khas tradisional Madura, seperti kaldu kokot sapi, kikil dan makanan lainnya. Ide usaha apapun saat ini jika bisa menjadi keuntungan akan kami lakukan. Yang penting halal dan tidak boleh berhenti” katanya lagi dengan senyumnya.
“Kami pun kini semakin gencar memasarkan produk kami ke masyarakat luas melalui medsos. Sekarang kami mulai belajar online shop. Terima kasih LAZISMU yang telah mensupport dan mendampingi kami. Sehingga semangat berwirausaha kami bisa kembali tumbuh dan terangsang lagi. Semoga LAZISMU semakin bermanfaat bagi ummat. Aamiin” pungkas Aksar dengan tertawa lebar. (adit).