Di setiap saat kita disuguhi data statistik tentang kesenjangan ekonomi umat, kesenjangan itu semakin melebar dalam setiap tahunnya. Menurut Chairul Tanjung, yang disampaikan dalam Kongres Ekonomi Umat Islam memaparkan data bahwa umat islam yang jumlahnya 87,5% dari populasi penduduk Indonesia, hanya mendapatkan porsi 12,5% perputaran bisnis.
Sementara itu non muslim, dengan jumlah 12,5% dari populasi negeri, menguasai 87,5% omset bisnis di Indonesia. Dan sederet data lagi yang lebih mencengangkan dari itu.
Pertanyaannya adalah, apakah semua ini terjadi secara alamiah, atau by design. Lantas bagaimana cara kita bisa mentas atau terbebas dari keterpurukan ekonomi selama ini ?
Jawabnya, Umat Islam harus mempersiapkan diri, sebagai pelaku utama dalam ekonomi. Meski menghilangkan mentalitas inlander itu susah, namun semangat dan karakter Entrepreneurial harus ditanamkan sejak awal, bahkan sejak dini, terutama kepada kaum muda Muslim.
Mentalitas Muslim pejuang sebagai fighter, petarung, harus senantiasa membersamainya. Sikap yang selalu menunggu subsidi dan uluran tangan dari pemerintah atau lembaga sosial harus segera dihindari. Maka Mind-set-nya harus dirubah. Dari tangan di bawah, menjadi tangan di atas. Untuk itu maka profesionalitas, akuntabilitas, harus dikedepankan.
Kita tidak bisa lagi bekerja serampangan, tanpa pola dan arah yang jelas. Potensi dan kapasitas umat Islam, sudah saatnya untuk di-mappingkan atau dipetakan dengan baik. Sehingga kekuatannya akan diperhitungkan, bukan sekedar dihitung.
Umat Islam mesti tahu siapa dirinya, dan apa yang harus dilakukan untuk masa depannya. Bagaimana cara melakukan, kapan dilakukan, berapa besarannya, dan dimana harus memulai.
Langkah-langkah untuk bagaimana menjadi Entrepreneur Muslim yang tangguh perlu ditransformasikan kepada umat. Tentu dengan berbagai media, dan bermacam cara agar pergerakan kebangkitan ekonomi umat Islam bisa terwujud.
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu) wilayah Jawa Timur mengambil langkah nyata dengan melaunching satu Program pemberdayaan ekonomi umat, yaitu Sekolah Bisnis. Sekolah Bisnis Lazismu (SBL) adalah sebuah nama, yang tidak saja menciptakan Entrepreneur Muslim, tetapi juga mendampinginya agar bisa membangun bisnis yang lebih baik, melalui MASK (Mental – Attitude – Skill – Knowledge).
SBL dijalankan secara sistemik dan berjama’ah, dalam sebuah shaf serta bangunan yang kokoh. SBL dikelola secara terencana, terarah dan diharapkan dapat menghasilkan output yang gemilang.
Kita selalu berdoa dengan sungguh-sungguh dan berupaya dengan sekeras-kerasnya. Insya Allah akan lahir Entrepreneur Muslim tangguh, yang akan mempengaruhi keberpihakan ekonomi untuk umat. Jika tidak, umat akan semakin tertinggal dan terperosok dalam keterpurukan Ekonomi yang berkepanjangan tiada bertepi.
Sudah saatnya semangat kebangkitan ekonomi itu diwujudkan dalam tindakan dan karya nyata. Agar kita tampil menjadi pemenang dalam pertarungan. Mari bersama SBL kita buktikan bahwa kita sangat bisa.
Sudah bukan waktunya lagi kita menyalahkan keadaan. Kita bisa menjadi faktor penting dalam sebuah perubahan melalui kebajikan yang kita lakukan, sekecil apapun. Bukankah lebih baik menyalakan sebuah lilin daripada mengutuk kegelapan. Wallahu a’lam.
Budi Suryanto, Anggota Badan Pengurus Lazismu Jawa Timur dan Principal of SBL (Sekolah Bisnis Lazismu).