Mengalami kekurangan pada anggota tubuh atau disabilitas menjadi kendala dan hambatan seseorang dalam menjalani kehidupan ini. Disabilitas fisik seperti tuna netra, tuna rungu, tuna wicara dan sebagainya harus menjadi perhatian dan kepedulian semua pihak bagaimana agar mereka mendapatkan hak-haknya untuk hidup layak seperti manusia normal lainnya.
Menderita tuna rungu dan tuna wicara sekaligus menjadikan komunikasi seseorang seakan terputus. Itulah yang dialami oleh Nur Aini Fathurrizky (13 tahun). Gadis pelajar SDLB Mojoagung Jombang kelahiran 3 Mei 2007 ini termasuk kategori tuna rungu dan tuna wicara.
Nur tuli sejak lahir dan juga tidak bisa bicara. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di dusun Pandean, desa Miagan, kecamatan Mojoagung, kabupaten Jombang. Nur sehari-hari menuntut ilmu di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Mojoagung.
Ayah Nur, Yudono Ardimas (51 tahun) adalah seorang pekerja serabutan, sedangkan sang ibu, Urifah (43 tahun) usaha menjual kudapan goreng dan es jus di dekat rumah. Sehari-hari kondisi ekonomi keluarga ini serba kekurangan. Bahkan untuk memperbaharui alat blender es jusnya yang rusak pun tak mampu.
Berdasarkan pemeriksaan di THT, derajat ambang pendengaran Nur tergolong Profound Hearing Loss (sangat berat) atau pendengarannya tidak berfungsi, baik kanan maupun kiri. Untuk berkomunikasi dilakukan dengan bahasa isyarat, baik dengan orang tua maupun teman-temannya.
Tentu Nur sangat ingin bisa mendengar dan bercakap-cakap dengan teman, saudara atau keluarga. Nur pun ingin bisa mengaji seperti teman sebayanya. Ia hanya bisa melihat dan merasakan, tak bisa mendengar atau mengungkapkan dengan suara.
Pergaulan sosial Nur cukup baik. Setiap hari Nur bermain dan banyak dikunjungi oleh teman-teman sebayanya di desa untuk memberikan semangat kepadanya. Seringkali teman-teman mengajaknya mengaji walau ia sendiri hanya bisa melihat dan menirukan gerakan teman-temannya tanpa bisa berucap apalagi mendengar.
Apa daya alat bantu dengar yang bisa membantu pendengarannya tergolong sangat mahal bagi orang tuanya. Orang tua Nur pernh membelikannya alat bantu dengar yang model kabel atau poket. Namun alat itu kini sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Entah kenapa, hingga kini keluarganya tidak pernah menerima bantuan apapun dari Pemerintah, sementara teman-temanya di SLB sudah menerima bantuan dalam berbagai bentuk.
Akhirnya kisah penderitaan Nur sampailah ke Lazismu. Dengan dibantu oleh Lazismu Jombang, Nur diperjuangkan untuk mendapatkan bantuan Alat Bantu Mendengar (ABM) dalam program Indonesia Mendengar (IM). Serangkaian proses assessment dan pemeriksaan medis pun dilalui oleh Nur. Pengadaan Alat Bantu Mendengar didukung oleh Tim IM Lazismu wilayah Jawa Timur.
Hari rabu, 7 April 2021 adalah hari yang ditunggu oleh Nur. Pada hari itu Lazismu Jatim bersama Pengurus Lazismu Kabupaten Jombang berkunjung ke rumah orang tua Nur. Seperangkat Alat Bantu Mendengar untuk Nur dibawa dari Surabaya oleh Imam Fauzi, programer IM Lazismu Jatim. Turut dalam kunjungan ini drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu wilayah Jawa Timur.
Nur mendapatkan bantuan Alat Bantu Mendengar dari Lazismu deng merek BELTONE, type BTE Super Power. Alat ini produk impor dari Denmark (Eropa). Bantuan ditambah dengan bonus berupa battery 4 roll untuk pemakaian 6 (enam) bulanan, lengkap beserta box dengan tabung penyimpan alat. Lazismu Jombang pun memberikan 2 (dua) paket sembako untuk orang tua Nur guna membantu meringankan beban kebutuhan sehari-hari keluarga ini. Tak lupa Rendangmu dan Kornetmu yang merupakan produk Qurban kemaasan Lazismu Jatim.
Dua unit Alat Bantu Mendengar dipasangkan oleh Imam Fauzi di telinga kanan dan kiri Nur. Setelah diuji coba alat itu bisa berfungsi. Ketika ditest, Nur sudah bisa merespon suara yang didengarnya walau terkadang agak samar dan ia masih kesulitan bagaimana merespon suara itu.
“Alhamdulillah hari ini kami dari Lazismu bisa memberikan bantuan seperangkat Alat Bantu Mendengar kepada Nur Aini Fathurrizky. Ini adalah merupakan bentuk tasaruf program Indonesia Mendengar Lazismu Jombang dan Jatim. Dana program ini diperoleh dari uluran tangan para donatur dan Muzaki yang kami himpun sedikit demi sedikit. Semoga bantuan ini bermanfaat dan Nur pun bisa hidup normal” ujar Imam Fauzi setelah memasangkan Alat Bantu Mendengar kepada Nur.
“Kami dari Lazismu, mengajak kepada semua pihak untuk lebih perhatian dan peduli kepada kehidupan warga disabilitas atau difabel dimana pun mereka berada. Bantuan dari kita selaku manusia normal akan sangat mendukung perkembangan kehidupan mereka. Bagi yang mampu membantu donasi, yang lainnya bisa membantu dengan uluran kebaikan dan yang terpenting juga adalah kebijakan dari Pemerintah,” ajak Imam Fauzi, anggota Badan Pengurus Lazismu Jatim yang sangat ahli dan berpengalaman dalam dunia alat pendengaran.
Kini Nur perlu berlatih lebih keras lagi dengan Alat Bantu Mendengarnya itu. Imam Fauzi sudah memberikan panduan kepada orang tua Nur bagaimana dengan pengoperasian alat itu. Peran orang tua akan sangat membantu bagi anak difabel seperti Nur ini. Semoga Nur mampu bicara dan berkomunikasi dengan baik dan lancar layaknya teman-temannya. Terus semangat ya Nur. (Adit).
Donasi program INDONESIA MENDENGAR, transfer ke rekening :
- Bank Jatim Syariah No. 6141 919 191 a/n Lazismu Jatim Infaq
- Bank Syariah Mandiri No. 9000 005 557 a/n LAZIS MUHAMMADIYAH JATIM INFAQ
- Bank Muamalat No. 7710 015 631 a.n LAZIS MUHAMMADIYAH JAWA TIMUR (INFAQ DAN SEDEKAH)
- CIMB Niaga Syariah No. 861 777 777 500 a.n. LAZISMU JAWA TIMUR
- Konfirmasi, WA ke : 0812 3158 446